Tak dapat dipungkiri apabila pelajar masa kini memiliki tuntutan hidup yang cukup tinggi. Selain dituntut untuk berprestasi di bidang akademis dengan kurikulum pembelajaran yang levelnya semakin tinggi, siswa juga masih diminta untuk mempertahankan kreativitas di bidang-bidang luar akademis lainnya. Padahal dalam banyak kesempatan hal ini bisa jadi saling bertentangan ketika besarnya tuntutan dari bidang akademis membuat siswa tak memiliki cukup banyak sisa waktu untuk mengembangkan kemampuan dirinya di bidang-bidang lainnya.

Setelah fokus menempuh tiga tahun pembelajaran—atau dua tahun bagi yang mengambil program akselerasi—agar dapat lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), para pelajar mungkin sudah mulai lelah. Momentum kelulusan SMA menjadi hal yang dinanti-nantikan mereka untuk lepas dari beban tuntutan masyarakat dan menyonsong masa kuliah dimana mereka dapat lebih mandiri menentukan prioritas hidup mereka. Namun satu yang perlu diingat adalah bahwa kebebasan setelah lulus SMA tersebut hanya lah kebebasan semu. Hal ini tidak lepas dari sistem di Indonesia yang menerapkan ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) sangat kompetitif untuk menyaring mahasiswa-mahasiswa baru Perguruan Tinggi Negeri unggulan.

Dengan demikian bagi yang mengidam-idamkan untuk menjadi salah satu mahasiswa program studi pilihan dari Perguruan Tinggi Negeri unggulan, maka perlu lah mulai mempersiapkan diri dengan lebih baik karena pertarungan terakhir ujian SBMPTN baru akan dimulai setelah lulus SMA. Dalam hal ini yang harus diwaspadai oleh para calon peserta SBMPTN ialah bahwa pertarungan memperebutkan kursi PTN favorit sangat kompetitif sehingga diterapkanlah tipe soal dan aturan pengerjaan lebih kompleks dibandingkan tes-tes lain yang pernah dihadapi para siswa sebelumnya. Tentu saja tidak mengherankan mengingat jumlah PTN tidak sebanding dengan jumlah lulusan SMA tiap tahunnya. Oleh karena itu tidak hanya kecerdasan yang dijadikan prasyarat lolos SBMPTN, tetapi juga strategi pengerjaan dan manajemen waktu. Ujian Nasional pun apabila dibandingkan dengan SBMPTN tidak ada apa-apanya.

Belajar sendiri dengan tekun untuk menghadapi Ujian Nasional masih bisa secara mudah membawa siswa lulus dengan nilai memuaskan.Namun menghadapi ujian SBMPTN dengan belajar secara independen jelas dinilai kurang efektif, meskipun siswa bisa mendapatkan buku-buku persiapan SBMPTN yang mudah ditemui di berbagai toko buku. Hal pertama ialah bahwa tak seperti persiapan Ujian Nasional, sekolah pada umumnya tidak memberi pembekalan dalam menghadapi ujian SBMPTN. Selanjutnya perbedaan tipe soal dan peraturan pengerjaannya juga membuat siswa perlu mentor profesional yang berpengalaman untuk mengarahkan secara langsung bagaimana strategi mengatasinya soal-soal SBMPTN.

Lembaga bimbingan belajar dalam hal ini merupakan institusi yang mampu menjembatani keinginan siswa untuk memperoleh jurusan favorit di PTN impiannya. Salah satu bimbel yang kredibel untuk membantu persiapan menghadapo SBMPTN dalam hal ini ialah Educamp Ganesha. Bimbel berbasis di Bandung ini tidak hanya menyediakan metode belajar konservatif yang menekankan pada pendengaran penjelasan dari mentor di dalam kelas. Sebaliknya, Educamp Ganesha mengedepankan moto fun learning dalam melengkapi fasilitas bimbelnya, yaitu dengan adanya psikotest, kelompok belajar bersama, evaluasi tryout SBMPTN, serta outbond untuk menjaga semangat peserta bimbel tetap on fire. Mentor yang disediakan oleh Educamp Ganesha pun tidak dapat diragukan kualitasnya karena berasal dari lulusan universitas-universitas top di Indonesia seperti ITB, UI dan UNPAD.

Educamp Ganesha akan segera membuka kelas baru untuk persiapan SBMPTN 2015. Meski demikian peserta bimbel akan dibatasi agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Oleh karena itu, tunggu apa lagi? Segera bergabung dengan Educamp Ganesha untuk persiapan menghadapi final battle ujian SBMPTN.